https://jurnal.uns.ac.id/JPKim/article/view/25866/18330
UNS
Jurnal UNS
FIB UNS
sastrainggris
mipa.uns.ac.id
UNS
Jurnal UNS
FIB UNS
sastrainggris
mipa.uns.ac.id
JURNAL ILMIAH
Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Termokimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Slogohimo Tahun Ajaran 2015/2016
NIM : B0319024
NAMA PENULIS : DEVANI TERANG TAMBUNAN
PRODI : sastrainggris.uns.ac.id
FAKULTAS : fib.uns.ac.id
A.LATAR BELAKANG
Peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan prasyarat untuk
mencapai tujuan pembangunan. Salah
satu wahana untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah
pendidikan. Pendidikan merupakan
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal
mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam proses kehidupan.
Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh
mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri
karena pendidikan yang tinggi dapat
mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia adalah dengan perbaikan
sistem pendidikan. Kurikulum yang saat
ini diterapkan di Indonesia adalah
Kurikulum Tahun 2006 (KTSP) dan
Kurikulum 2013. KTSP menuntut adanya
keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung, sehingga
peran guru dalam kelas hanya sebagai
motivator, dinamisator dan fasilitator
untuk membantu siswa dalam belajar .
SMA Negeri 1 Slogohimo
merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan kurikulum 2006 (KTSP). Namun, dalam penerapannya proses
pembelajaran yang berlangsung di SMA
Negeri 1 Slogohimo tersebut masih
terpusat pada guru (Teacher Centered
Learning). Dan kondisi yang teramati
adalah prestasi belajar kimia khususnya
pada materi termokimia masih relatif
rendah.
Berdasarkan wawancara dengan
guru kimia kelas XI SMA Negeri 1
Slogohimo pada tanggal 4 Juni 2015
diidentifikasi bahwa materi kimia seperti
termokimia dan kelarutan dan hasil
kelarutan merupakan materi yang cukup
sulit bagi siswa, siswa pada umumnya
kesulitan untuk memahami konsep yang
terlalu banyak hitungan seperti
penentuan entalpi molar standar, dan
penentuan entalpi reaksi. Hal ini
kemungkinan motivasi siswa dalam
mempelajari kimia terutama pada materi
termokimia sangat rendah. Rendahnya
motivasi belajar ini membuat banyak
siswa yang pasif dan berdampak pada
prestasi hasil belajarnya. Hal ini juga
didukung dari hasil ulangan harian pada
materi termokimia pada kelas XI IPA
tahun pelajaran 2014/2015 yang tersaji
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Materi
Termokimia
Kelas KKM Nilai rata –
rata
XI IPA BIO 70 59,3
XI IPA 1 70 55,2
XI IPA 2 70 61,8
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penyebab rendahnya
hasil belajar kimia karena materi
termokimia merupakan pokok bahasan
yang memerlukan tingkat pemahaman
konsep yang cukup tinggi namun proses
pembelajaran yang dilakukan masih
kurang tepat serta dalam pembelajaran
masih berpusat pada guru (Teaching
Centered Learning), dan siswa tidak
terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Hal ini menyebabkan
motivasi dan prestasi belajar siswa relatif
rendah.
Sebagai tindak lanjut atas
berbagai permasalahan maka perlu
dilakukan penelitian tindakan (action
research) yang berorientasi pada
perbaikan kualitas pembelajaran melalui
sebuah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).
Bruner mengemukakan pendapatnya tentang motivasi atau
keinginan untuk belajar dan cara-cara
yang tersedia pada para guru untuk
merangsang motivasi itu. Pengalamanpengalaman pendidikan yang merangsang motivasi adalah pengalaman
dimana para siswa berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran yang
dilakukan [2].
Untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam memahami konsepkonsep yang tercakup dalam pembelajaran kimia dan meningkatkan
prestasi belajar dapat digunakan metode
Team Assisted Individualization (TAI)
dilengkapi dengan menggunakan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Model pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI)
menggabungkan pembelajaran kooperatif
dengan pengajaran yang individual [3].
Model kooperatif tipe Team Assisted
Individualization memberikan kesempatan pada siswa untuk saling mengajar
(peer tutoring), saling mendukung, dan
menggantikan bentuk persaingan
(competition) dengan saling kerjasama
(cooperation) [4]. Dalam pembelajaran
dengan model kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI), siswa
memahami materi dan mengerjakan soal
secara individu terlebih dahulu, sehingga
pemahaman individu terasah. Selanjutnya siswa berdiskusi dengan kelompok
untuk saling mengoreksi pekerjaan siswa
satu sama lain dalam satu kelompok
serta saling berbagi pemikiran dan saling
membantu dalam memahami materi
dengan cara pengajaran teman sebaya
(peer teaching), kemudian siswa
mengerjakan kuis secara individu, dilanjutkan guru memberikan penghargaan
kelompok kepada kelompok dan individu
berdasarkan perolehan nilai. Penerapan
model kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) mendorong siswa
terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat
memahami konsep termokimia.
Mengacu pada penelitian terdahulu
penerapan model kooperatif mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa,
salah satu model pembelajaran
kooperatif yaitu tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Dalam penelitian
tersebut, dengan penerapan Team
Assisted Individualization (TAI) mampu
meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa [5]. Pada penelitian lain,
menyatakan bahwa pembelajaran aktif
tipe Team Assisted Individualization
(TAI) mampu meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemahaman konsep dan
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran [6]. Penelitian lain menyatakan
model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dapat meningkatkan sikap siswa terhadap matematika [7].
Langkah pembelajaran model
kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) yaitu: (1) guru
memberikan tugas/LKS beserta petunjuknya untuk dipelajari secara individu,
(2) guru memberikan kuis kepada
masing-masing siswa untuk mendapatkan skor awal, (3) guru mengelompokkan
siswa secara heterogen yang terdiri dari
5-6 siswa serta menjelaskan pola kerja
sama kelompok, (4) hasil belajar (tugas/
LKS) siswa didiskusikan dalam
kelompok, (5) guru menjelaskan materi
yang dipresentasikan, (6) guru memberikan evaluasi kepada siswa secara
individu, (7) guru memberikan peringkat
kelompok dan penghargaan kepada
kelompok ber-dasarkan perolehan skor,
(8) guru memberikan kesimpulan materi.
Selain itu penggunaan LKS juga
diterapkan untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi yang diberikan
dan sebagai bahan ajar yang ringkas dan
kaya tugas untuk berlatih siswa pada
materi termokimia yang dianggap rumit
[6].
Berdasarkan uraian tersebut, maka
dilakukan penelitian mengenai Penerapan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) dengan berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa pada materi termokimia kelas XI IPA SMA Negeri 1
Slogohimo tahun ajaran 2015/2016.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada
materi Termokimia kelas XI IPA I SMA Negeri 1 Slogohimo melalui penerapan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklusnya
terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek
penelitian adalah siswa XI IPA I SMA Negeri 1 Slogohimo tahun pelajaran 2015/2016. Sumber
data adalah guru dan siswa. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, tes, dan angket.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
pada materi Termokimia. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari kenaikan
persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 69,23% meningkat menjadi 100% pada siklus II.
Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari dua aspek yaitu kognitif dan afektif. Prestasi belajar
kognitif pada siklus I ditandai dengan ketuntasan sebesar 46,15% meningkat menjadi 100% pada
siklus II. Sedangkan pada aspek afektif, ketercapaian pada siklus I sebesar 42,31% meningkat
menjadi 100% pada siklus II.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi, terdapat permasalahanpermasalahan yang dapat disimpulkan
bahwa di kelas XI IPA 1 mempunyai
permasalahan yaitu pada prestasi dan
motivasi belajar rendah. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya untuk mengatasi
permasalah tersebut dengan menerapkan metode yang sesuai.
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 244-250
© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia
247
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara terhadap guru mata
pelajaran kimia dapat disimpulkan bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi termokimia. Motivasi
belajar siswa tergolong rendah.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap ini meliputi penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang didasarkan pada silabus
pelajaran kimia, penyusunan penilaian
motivasi belajar siswa, penyusunan
penilaian aspek kognitif, dan
penyusunan penilaian aspek afektif.
Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan untuk
menyampaikan materi dan 1 kali untuk
evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal
22 September-1 Oktober 2015. Pada
tahap awal pembelajaran, guru
mengawali materi dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa, pengajuan
pertanyaan tersebut bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa.
Kemudian guru melanjutkan materi
dengan memberikan informasi konsepkonsep yang terdapat dalam materi
Termokimia. Guru sesekali memberikan
umpan atau pertanyaan agar siswa mau
bertanya maupun menjawab.
Tahap berikutnya adalah student
creative. Pada tahap ini semua siswa
dalam kelompok masing-masing mencari
informasi tentang materi pokok
Termokimia. Siswa membaca buku
literatur dan LKS. Kemudian guru
memberikan permasalahan terkait sub
pokok materi yang diajarkan.
Guru kemudian meminta siswa
untuk berdiskusi dalam kelompoknya
masing-masing. Permasalahan yang
didiskusikan siswa sudah ada dalam LKS
yang diberikan guru dibantu oleh asisten
(team study). Tahap berikutnya adalah
whole class unit yang dimulai dengan
siswa menyajikan hasil diskusi di depan
kelas dan kelompok lain menanggapi.
Pada tahap akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
materi yang sudah dipelajari. Selanjutnya
guru memberikan evaluasi terhadap
pembelajaran pada pertemuan pertama
dengan memberikan soal post test (fact
test). Pada tahap ini guru memberikan 4
butir soal uraian yang dikerjakan secara
individu dalam waktu 10 menit. Pada
akhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan kepada kelompok terbaik
(team scores and team recognition) dan
menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya .
Pada tahap ini siswa tampak belum
terbiasa mengikuti proses pembelajaran,
namun setelah dilakukan pengulangan
siswa sangat antusias melakukannya dan
suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Guru memberikan kesempatan
pada kelompok lain untuk bertanya atau
memberikan pendapat setelah salah satu
kelompok mempresentasikan hasil
diskusi. Pada tahap ini siswa diberi
kebebasan untuk mengutarakan pendapat mereka.
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap motivasi
belajar siswa dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah
data motivasi belajar siswa, dan prestasi
belajar siswa yang meliputi aspek kognitif
dan afektif.
Aspek yang dinilai dari motivasi
belajar siswa, antara lain: ketekunan
dalam belajar, sikap pantang menyerah,
minat, tingkat kebosanan, dan
keberanian bertanya atau berpendapat.
Data motivasi belajar siswa yang
diperoleh meliputi observasi, angket, dan
wawancara guru mata pelajaran kimia.
Ringkasan hasil pengambilan data
motivasi belajar siswa disajikan dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Motivasi Belajar Siswa
Siklus I
Kriteria Persentase (%)
Sangat Tinggi 11,54
Tinggi 57,69
Rendah 30,77
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 244-250
© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia
248
Target keberhasilan motivasi
belajar siswa adalah 75%. Hasil
penilaian motivasi menunjukkan bahwa
kategori sangat tinggi sebanyak 11,54%,
siswa dengan kategori tinggi sebanyak
57,69%, dan siswa dengan kategori
rendah sebanyak 30,77%.
Data prestasi belajar siswa aspek
kognitif diambil pada akhir siklus I berupa
tes objektif. Ringkasan hasil penilaian
aspek kognitif disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Penilaian Aspek
Kognitif Siklus I
Kategori Persentase (%)
Tuntas 46,15
Tidak Tuntas 53,85
Target ketuntasan aspek kognitif
adalah 75% siswa mencapai ketuntasan
dengan KKM 75. Hasil dari siklus I
menunjukkan masih diperlukan
perbaikan terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan agar ketuntasan belajar
siswa meningkat. Oleh karena itu,
dilakukan serangkaian perencanaan
untuk pelaksanaan siklus II.
Data prestasi belajar aspek afektif
didapatkan berdasarkan observasi
selama pembelajaran, angket penilaian
aspek afektif, dan wawancara guru mata
pelajaran kimia. Aspek yang dinilai pada
prestasi belajar afektif siswa antara lain
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
Ringkasan hasil penilaian aspek afektif
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Penilaian Aspek Afektif
Siklus I
Kategori Persentase (%)
Sangat Baik 03,85
Baik 38,46
Kurang Baik 57,69
d. Refleksi
Dari target keberhasilan pada
siklus I dapat diketahui bahwa
persentase ketiga aspek yang dinilai
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan
motivasi belajar siswa belum mencapai
target. Sehingga perlu dilakukan
perbaikan pada siklus II. Tindakan siklus
II yang diharapkan nantinya dapat
menuntaskan untuk kedua indikator
kompetensi yang belum mencapai target
ketuntasan. Selain mengupayakan untuk
meningkatkan hasil belajar, juga
diupayakan untuk mempertahankan
pencapaian prestasi belajar yang telah
tercapai dan diupayakan adanya
peningkatan yang lebih tinggi dari target
yang sudah dicapai di siklus I.
Dari analisis aspek kognitif, masih
terdapat tiga indikator kompetensi yang
belum dikuasai siswa yaitu menghitung
perubahan entalpi dengan menggunakan
perubahan entalpi pembentukan standar,
menghitung perubahan entalpi dengan
menggunakan hukum Hess, dan
menghitung perubahan entalpi dengan
menggunakan data energi ikatan. Belum
tercapainya tiga indikator tersebut
dikarenakan siswa menyatakan bahwa
materi perhitungan perubahan entalpi
relatif cukup sulit dalam hal perhitungan
yang lebih rumit.
Pelaksanaan siklus II berbeda
dengan siklus I. Perbedaan dari siklus I
dan II adalah pada siklus I dalam satu
kelompok terdapat 1 asisten yang
membantu dalam pembelajaran,
sedangkan pada siklus II asisten dibantu
dengan siswa yang sudah tuntas.
Sehingga pembagian kelompok pada
siklus II dimodifikasi agar dalam satu
kelompok terdapat satu asisten dan
minimal satu siswa yang sudah tuntas.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Peneliti bersama guru mendiskusikan rancangan pelaksanaan
tindakan yang dilakukan dalam penelitian
siklus II. Pada proses pembelajaran
siklus II, penyampaian materi difokuskan
pada indikator kompetensi yang belum
mencapai target 75%.
Siklus II pada penelitian ini terdiri
dari 1 kali pertemuan untuk pendalaman
materi dan 1 kali untuk evaluasi. Materi
yang disampaikan pada siklus II
merupakan materi pada indikator
kompetensi yang belum tuntas pada
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 244-250
© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia
249
evaluasi siklus I. Dari analisis aspek
kognitif, masih terdapat tiga indikator
kompetensi yang belum dikuasai siswa
yaitu menghitung perubahan entalpi
dengan menggunakan perubahan entalpi
pembentukan standar, menghitung
perubahan entalpi dengan menggunakan
hukum Hess, dan menghitung
perubahan entalpi dengan menggunakan
data energi ikatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dimulai dengan guru
menjelaskan secara singkat materi yang
belum tuntas pada evaluasi pada siklus I.
kemudian dilanjutkan dengan siswa
berdiskusi bersama kelompoknya
dengan bantuan asisten.
Pada pelaksanaan siklus II,
kelompok diskusi berbeda dari siklus I.
Kelompok baru ini dibuat secara
heterogen dengan berpedoman pada
hasil di siklus I, dimana siswa dibagi
menjadi 5 kelompok dan setiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa. Pada kelompok baru
ini peran asisten dibantu oleh siswa yang
sudah tuntas pada evaluasi siklus I. Hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih bisa
menyesuaikan diri dengan semua
temannya, selain itu dengan kelompok
baru tersebut diharapkan siswa lebih
mudah berkoordinasi untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan dan
pembagian tugas antar anggota
kelompok lebih jelas.
c. Pengamatan
Penilaian terhadap aspek kognitif
siswa dilaksanakan pada akhir siklus
berupa soal pilihan ganda yang terdiri
dari 20 butir soal pada indikator yang
belum tercapai di siklus I.
Ringkasan hasil pengambilan data
prestasi belajar aspek kognitif dan afektif
siswa pada siklus II disajikan dalam
Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Hasil Penilaian Aspek Kognitif
Siklus II
Kategori Persentase (%)
Tuntas 100
Tidak Tuntas 0
Tabel 6. Hasil Penilaian Aspek Afektif
Siklus II
Kategori Persentase (%)
Sangat Baik 38,46
Baik 61,54
Ringkasan hasil pengambilan data
aspek motivasi belajar siswa pada siklus
II disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Motivasi Belajar
Siswa Siklus II
Kriteria Persentase (%)
Sangat Tinggi 46
Tinggi 54
Berdasarkan analisis hasil
penilaian siklus II, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI)
pada materi Termokimia telah berhasil
ditunjukkan dengan penilaian aspek
kognitif, afektif dan motivasi belajar siswa
yang telah memenuhi target ketuntasan
yang ditentukan sehingga pembelajaran
dapat diakhiri pada siklus II.
3. Perbandingan Antar Siklus
Secara umum, pembelajaran
pada siklus II mempunyai hasil yang lebih
baik dibandingkan dengan siklus I.
Perbandingan hasil tindakan antarsiklus
ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan ketercapaian
antar siklus
Keterangan:
A = Kognitif
B = Afektif
C = Motivasi Belajar Siswa
0
20
40
60
80
100
A B C
46,15 42,31
69,23
100 100 100
Capaian (%)
Aspek
Siklus I
Siklus II
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 7 No. 2 Tahun 2018 Hal. 244-250
© 2018 Program Studi Pendidikan Kimia
250
Berdasarkan hasil yang telah
dipaparkan, secara keseluruhan dapat
dilihat bahwa penerapan model
pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) pada materi
Termokimia kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1
Slogohimo tahun pelajarab 2015/2016
mampu meningkatkan prestasi belajar
berupa aspek kognitif dan afektif, serta
meningkatkan motivasi belajar siswa.
D. KESIMPULAN
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI)
berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa kelas XI IPA 1
SMA Negeri 1 Slogohimo tahun
pelajaran 2015/2016 pada materi
Termokimia.